Berikut artikel yang mengulas terapi psikosomatis yang efektif untuk mengatasi gangguan psikosomatis
Artikel ini merupakan update dari tiga artikel terkait psikosomatis yang saya tulis pada tahun 2012 berjudul “Memahami Penyakit Psikosomatis” dan 2013 berjudul “16 MindBody Therapy Untuk Psikosomatis” dan “7 Penyebab Sympton Psikosomatis“.
1. Definisi Gangguan Psikosomatis
Gangguan psikosomatis adalah kondisi fisik atau kesehatan yang dipengaruhi atau dimanifestasikan oleh faktor psikologis. Ini berarti bahwa ketegangan, stres, dan emosi yang tidak diungkapkan atau tertekan dapat menyebabkan reaksi fisik yang merugikan bagi tubuh.
Contoh gangguan psikosomatis termasuk sakit kepala, nyeri otot, gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan gangguan imunitas. Gangguan ini dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk sistem saraf, hormonal, pencernaan, pernapasan, dan kardiovaskular. Penanganan gangguan psikosomatis melibatkan pengelolaan stres, terapi psikologis, dan perawatan medis yang sesuai.
2. Jenis-jenis Gangguan Psikosomatis
Berikut ini adalah beberapa jenis gangguan psikosomatis yang umum terjadi:
- Sakit kepala atau migrain: Gangguan ini ditandai dengan nyeri kepala yang hebat atau parah. Stres, kecemasan, dan tekanan emosional dapat memicu atau memperburuk migrain.
- Gangguan pencernaan: Diare, sembelit, atau gangguan lambung seperti sakit maag sering kali terkait dengan faktor psikologis seperti stres dan kecemasan. Kondisi ini dikenal dengan istilah sindrom iritasi usus atau dispepsia fungsional.
- Gangguan pernapasan: Beberapa kondisi pernapasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dapat terjadi atau memburuk karena stres, kecemasan, atau depresi.
- Gangguan kulit: Penyakit kulit seperti eksim, psoriasis, dan jerawat dapat dipicu atau memburuk karena stres, kecemasan, atau tekanan emosional.
- Keluhan muskuloskeletal: Nyeri punggung, nyeri otot, atau keluhan lainnya terkait dengan sistem muskuloskeletal sering kali berhubungan dengan faktor stres dan ketegangan emosional.
- Gangguan menstruasi: Siklus menstruasi yang tidak teratur, nyeri menstruasi yang hebat (dismenore), atau gangguan menstruasi lainnya dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti stres atau ketidakseimbangan hormon yang dipicu oleh stres.
- Gangguan seksual: Disfungsi ereksi, gangguan dorongan seksual, atau nyeri saat berhubungan seksual sering kali dapat dipicu atau dipengaruhi oleh tekanan emosional atau konflik psikologis.
- Gangguan kardiovaskular: Gangguan kardiovaskular seperti hipertensi (tekanan darah tinggi) atau nyeri dada (angina) dapat dipengaruhi oleh stres kronis atau kecemasan.
Penting untuk dicatat bahwa seseorang yang mengalami gangguan psikosomatis bukan berarti bahwa gejala-gejala tersebut hanya imajinasi atau tidak nyata. Gejala-gejala ini nyata dan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, namun perlu diingat bahwa gangguan psikosomatis tidak berarti bahwa gejala-gejala tersebut hanyalah khayalan atau tidak nyata. Gejala-gejala ini sungguh-sungguh dan dapat mengacaukan aktivitas keseharian, walaupun
3. Penyebab Psikosomatis
Penyebab gangguan psikosomatis dapat bervariasi dari individu ke individu. Gangguan ini disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara faktor psikologis dan fisik. Stres merupakan salah satu penyebab utama gangguan psikosomatis.
Ketika seseorang mengalami stres, tubuh akan merespons dengan melepaskan hormon stres seperti kortisol. Jika tingkat stres terus menerus tinggi, dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah dan memengaruhi fungsi organ internal. Selain itu, kecemasan dan depresi juga dapat menjadi pemicu gangguan psikosomatis.
Ketika seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan atau depresi yang dibiarkan tidak ditangani, hal ini dapat memengaruhi keseimbangan kimia dalam tubuh yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Selain faktor psikologis, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan psikosomatis. Misalnya, tekanan lingkungan kerja yang tinggi atau konflik dalam hubungan pribadi dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan dan berkontribusi terhadap terjadinya gangguan psikosomatis.
Oleh karena itu, sangat penting bagi individu untuk mengelola stres dengan baik, mengatasi masalah psikologis secara seimbang, dan menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung guna mencegah gangguan psikosomatis.
4. Gejala Gangguan Psikosomatis
Beberapa gejala psikosomatis umum yang dapat muncul termasuk sakit kepala, nyeri perut, mual, muntah, nyeri punggung, dan masalah tidur. Gejala-gejala tersebut sering kali muncul bersamaan dengan emosi yang intens, seperti kecemasan atau depresi yang berat (gangguan mental).
Salah satu contoh gangguan psikosomatis yang umum adalah sindrom iritasi usus. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri abdomen, perubahan pola buang air besar, kembung, dan diare. Gejala-gejala tersebut dapat menjadi lebih parah ketika seseorang mengalami stres atau menghadapi perasaan yang sulit.
Faktor psikologis yang dapat berkontribusi terhadap gangguan psikosomatis meliputi stres kronis, trauma emosional, pengalaman kehilangan yang signifikan, atau masalah emosional yang tidak terkelola. Gangguan ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Selain itu, individu dengan gangguan psikosomatis juga mungkin mengalami kelelahan, gangguan tidur, dan gangguan makan. Pada umumnya, gangguan psikosomatis terjadi pada individu yang mengalami tekanan emosional yang berat, seperti kehilangan orang terdekat, trauma, atau konflik interpersonal yang parah. Diagnosis gangguan psikosomatis biasanya melibatkan evaluasi menyeluruh terhadap kesehatan fisik dan riwayat kehidupan emosional pasien.
Penting untuk menghilangkan kemungkinan adanya gangguan fisik lain sebelum dapat memastikan bahwa gejala yang dialami terkait dengan faktor psikologis. Perawatan untuk gangguan psikosomatis sering melibatkan pendekatan holistik yang melibatkan psikoterapi, dukungan sosial, dan manajemen stres.
5. Cara Mengatasi Ganguan Kecemasan & Psikosomatis
Berikut ini adalah teknik terapi psikosomatis yang umum dilakukan:
- Terapi hipnoterapi: Terapi ini melibatkan penggunaan sugesti dan relaksasi mendalam untuk membantu individu mengatasi masalah psikologis yang mungkin berkontribusi pada kondisi fisik mereka. Terapi hipnoterapi dapat membantu individu mengubah pola pikir dan perilaku yang negatif, yang dapat membantu mengurangi gejala fisik. Lebih detail apa itu hipnoterapi, bisa dibaca pada artikel ini.
- Terapi kognitif-perilaku (Cognitive Behavioral Therapy/CBT): Terapi ini bertujuan mengubah pola pikir dan perilaku yang salah atau negatif yang dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Dalam terapi ini, klien belajar mengenali dan mengubah pola pikir yang negatif atau irasional yang mungkin mempengaruhi kondisi fisik mereka.
- Terapi relaksasi: Terapi ini bertujuan membantu individu mengurangi stres dan ketegangan yang dapat mempengaruhi kondisi fisik mereka. Teknik relaksasi yang umum dilakukan adalah teknik pernapasan dalam, meditasi, yoga, atau pijatan.
- Terapi psikodrama: Terapi ini melibatkan individu untuk bermain peran dan mengaktifkan situasi atau konflik yang mungkin menjadi masalah psikologis yang mendasarinya. Dalam terapi ini, individu dapat mengungkapkan dan mengeksplorasi emosi mereka melalui peran-peran yang dimainkan.
- Terapi kelompok: Terapi ini melibatkan individu yang memiliki masalah psikosomatis yang serupa berkumpul dalam kelompok untuk berbagi pengalaman, mendukung satu sama lain, dan belajar cara mengatasi masalah mereka. Terapi kelompok dapat memberikan dukungan sosial yang penting dan pemahaman bahwa individu tidak sendirian dalam menghadapi masalah mereka.
Teknik hipnoterapi merupakan teknik terapi psikosomatis yang paling cepat dalam mengatasi gejala gangguan psikosomatis. Secara umum hanya membutuhkan maksimal 4 kali sesi terapi untuk bisa mengatasi psikosomatis, dibandingkan teknik lain, seperti CBT, teknik relaksasi biasa.
Terapi psikodrama dan terapi kelompok, mungkin adalah teknik terapi yang masih belum terlalu umum.
Jadi jika Anda memiliki tanda dan gejala keluhan fisik yang disebabkan atau diperparah dengan gangguan pikiran negatif atau diperparah oleh faktor mental, maka Anda dapat dengan bijak memilih metode terapi dan pengobatan yang cocok.
Kami sejak tahun 2012 banyak membantu proses penyembuhan client dengan keluhan psikosomatis. Salah satu client misalnya seringkali seolah mendapat serangan jantung, tapi pemeriksaan fisik mengatakan jantungnya sehat. Dari hasil hypno analisa yang kami lakukan, ternyata keluhan fisik yang dialami tersebut berasal dari emosi disakiti yang dipendam secara bertahun-tahun.
Saya juga mengajari setiap client untuk bisa mengendalikan pikiran dan emosinya. Karena sesungguhnya kondisi pikiran bisa menyakiti atau menenangkan kondisi fisik.
Siapa yang cocok untuk menjalani terapi psikosomatis?
Terapi psikosomatis cocok untuk orang-orang yang mengalami gangguan psikosomatis atau memiliki keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Pasien yang mengalami stres dan kecemasan yang mengganggu kondisi fisik mereka juga dapat mengambil manfaat dari terapi psikosomatis. Penting untuk mencari bantuan dari psikolog atau psikiater yang berpengalaman dalam melakukan terapi psikosomatis.
Apa perbedaan antara terapi hipnoterapi dan terapi psikologis biasa?
Terapi hipnoterapi adalah bentuk terapi yang melibatkan penggunaan hipnosis sebagai alat untuk merubah pikiran, emosi, dan kondisi fisik seseorang. Terapis hipnoterapi menggunakan teknik hipnosis untuk mengakses alam bawah sadar klien dan membantu mereka mengatasi masalah atau mencapai tujuan tertentu.
Di sisi lain, terapi psikologis biasa, juga dikenal sebagai terapi kognitif perilaku atau terapi bicara, tidak melibatkan penggunaan hipnosis. Terapi ini berfokus pada pemahaman dan pengubahan pola pikir dan perilaku yang tidak sehat atau merugikan. Terapi psikologis biasa membantu klien mengenali pola pikir negatif, mengatasi trauma atau kecemasan, dan mengembangkan strategi coping yang lebih sehat.
Perbedaan utama antara terapi hipnoterapi dan terapi psikologis biasa adalah pendekatannya terhadap alam bawah sadar. Terapi hipnoterapi mengasumsikan bahwa alam bawah sadar memiliki kekuatan yang kuat dan berperan dalam membentuk pikiran, emosi, dan kondisi fisik seseorang. Melalui hipnosis, terapis hipnoterapi berusaha mengakses dan mempengaruhi alam bawah sadar untuk mengatasi masalah klien.
Di sisi lain, terapi psikologis biasa tidak secara khusus melibatkan alam bawah sadar. Terapi ini lebih berfokus pada pemahaman dan pengubahan pola pikir dan perilaku yang terjadi secara sadar. Terapis psikologis biasa menggunakan teknik bicara, tugas-tugas terapi, dan strategi perubahan pikiran untuk membantu klien.
Terapi hipnoterapi dapat membantu mengatasi masalah yang lebih dalam atau mempengaruhi kondisi fisik secara langsung, tetapi mungkin tidak cocok untuk semua orang. Terapi psikologis biasa, di sisi lain,mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melihat perubahan yang signifikan dan tidak mencapai alam bawah sadar dengan cara yang sama dengan hipnoterapi.